ESG adalah akronim atau singkatan dari Environmental, Social, and Governance. ESG merupakan pandangan secara holistik bahwa berbicara soal keberlanjutan atau sustainability, maka bukan sekadar berbicara terkait isu lingkungan saja.
Gambaran paling tepat untuk ESG adalah sebagai kerangka kerja yang membantu para pemangku kepentingan memahami bagaimana organisasi mengelola risiko dan peluang terkait dengan isu Environment (lingkungan), Social (sosial), dan Governance (tata kelola).
Meskipun istilah ESG lebih sering digunakan dalam konteks investasi, para pemangku kepentingan tidak hanya mencakup komunitas investasi saja. Tetapi juga pelanggan, pemasok, dan karyawan. Mereka semua saling terkait dan terikat, bahkan tertarik terhadap seberapa tinggi tingkat berkelanjutan suatu organisasi atau perusahaan.
Ikhtisar ESG
Environment (Lingkungan)
Pilar lingkungan di dalam ESG mengacu pada dampak lingkungan yang diberikan oleh organisasi dan bagaimana penerapan manajemen risiko. Ini termasuk emisi gas rumah kaca, baik secara langsung maupun tidak langsung, pengelolaan sumber daya alam, dan ketahanan keseluruhan perusahaan terhadap risiko iklim fisik (seperti perubahan iklim, banjir, dan kebakaran).
Social (Sosial)
Pilar sosial mengacu pada hubungan organisasi dengan pemangku kepentingannya. Contoh faktor yang dapat digunakan untuk mengukur adalah Manajemen Sumber Daya Manusia (seperti upah yang adil dan keterlibatan karyawan). Selanjutnya juga dampak organisasi terhadap komunitas di mana ia beroperasi dan pada mitra rantai pasokan, terutama di negara berkembang di mana lingkungan dan standar tenaga kerja mungkin kurang kuat.
Governance (Tata Kelola)
Pilar Governance atau Tata kelola mengacu pada bagaimana perusahaan dipimpin dan dikelola. Analis ESG akan berusaha untuk lebih memahami bagaimana pola kepemimpinan diselaraskan dengan harapan pemangku kepentingan. Bagaimana hak-hak pemegang saham dilihat, dan jenis kontrol internal apa yang ada untuk mempromosikan transparansi dan akuntabilitas oleh kepemimpinan.
Evolusi ESG
Pandangan terhadap ESG membantu kita menilai bagaimana sebuah organisasi mengelola risiko dan peluang yang diciptakan oleh perubahan kondisi, seperti pergeseran dalam sistem lingkungan, ekonomi, dan sosial.
Beberapa kondisi ini telah diidentifikasi dalam versi sebelumnya dari strategi dan kerangka peraturan yang berfokus pada keberlanjutan, termasuk:
EHS (Environmental, Health & Safety) – Lingkungan, Kesehatan, dan Keselamatan
Melihat jauh ke belakang pada tahun 1980-an, organisasi di Amerika Serikat waktu itu mempertimbangkan bagaimana menggunakan peraturan untuk mengelola atau mengurangi polusi (dan dampak negatif keluar lainnya) yang dihasilkan dalam rangka mengejar pertumbuhan ekonomi. Mereka juga berusaha meningkatkan standar tenaga kerja dan keselamatan karyawan, meskipun masih banyak kemajuan yang harus dicapai hingga hari ini.
Corporate Sustainablity (Keberlanjutan Perusahaan)
EHS berkembang dan berevolusi pada 1990-an, menjadi apa yang kemudian dikenal sebagai gerakan Corporate Sustainability (Keberlanjutan Perusahaan). Hal ini muncul karena beberapa tim manajemen ingin fokus pada pengurangan dampak lingkungan perusahaan mereka selain pengurangan dampak lingkungan yang memang diwajibkan oleh peraturan perundang-undangan.
Sudah diketahui oleh khalayak ramai, bahwa Corporate Sustainabiliy ini biasanya digunakan sebagai wadah atau saluran pemasaran. Yaitu yang kemudian dikenal sebagai praktik “greenwashing”. Praktik ini biasanya digunakan untuk menggambarkan bagaimana suatu perusahaan menggunakan teknologi yang ramah lingkungan atau mendukung upaya pengelolaan lingkungan.
CSR (Corporate Social Responsibility) – Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Pada awal 2000-an, gerakan Corporate Sustainablity mulai mengintegrasikan ide-ide seputar bagaimana perusahaan harus menanggapi isu sosial – ini yang kemudiandikenal sebagai Tanggung Jawab Sosial Perusahaan atau lebih sering kita dengar dengan istilah CSR.
ESG (Environmental, Social and Governence) – Tanggung Jawab Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola
Akhirnya, pada akhir 2010-an dan memasuki tahun 2020-an, ESG mulai muncul sebagai gerakan yang jauh lebih proaktif (bukan reaktif).
ESG kini telah berkembang menjadi kerangka kerja komprehensif yang mencakup elemen-elemen kunci seputar dampak lingkungan dan sosial, serta bagaimana struktur tata kelola dapat diubah untuk memaksimalkan kesejahteraan para pemangku kepentingan.
ESG dan Investasi
Berbicara keterkaitan antara ESG dengan Investasi, saat ini ESG benar-benar menjadi hal yang umum (mainstream). Hal ini karena semakin banyak investor menyadari betapa pentingnya kerangka kerja tersebut dalam dunia investasi. Ada semakin banyak lembaga independen sebagai penilai penerapan ESG. Dengan adanya penilaian tersebut yang laporannya di publikasikan, maka diharapkan akan meningkatkan kepercayaan para investor.
Sebagaimana kita tahu, pasar modal dapat menjadi alat yang ampuh untuk menciptakan perubahan. Dengan membatasi akses ke modal ke emiten atau perusahaan yang menerapkan ESG dengan baik, maka “oknum jahat” akan dipaksa untuk meningkatkan kinerja di seluruh aspek E, S, atau G.
Gambar/Ilustrasi : Freepik.com