BayuHerkuncahyo.ComBayuHerkuncahyo.ComBayuHerkuncahyo.ComBayuHerkuncahyo.Com

  • Home
  • Blog
    • Blog EN
    • Blog ID
  • 🎞️ KeluhanPekerja
  • 🛒 Marketplace
✕
Google Play Games
Google Play Games Versi PC kini Open Beta pada 5 Negara Ini
August 25, 2022
HIT2
HIT2 – Heroes of Incredible Tales 2, Game MMOPRG Terbaru dari Nexon
August 25, 2022
Show all

Mitos yang Beredar tentang Pelvic Organ Prolapse

Pelvic Organ Prolapse

Pelvic Organ Prolapse

Otot-otot dasar panggul bertanggung jawab untuk membantu manusia dalam menjaga fungsi kesehatan urologis. Otot dasar panggul yang kuat dan kencang akan membantu seseorang dalam berbagai fungsi internal urologis, seperti sebagai fungsi kontrol kandung kemih dan menjaga kesehatan usus. Dengan memiliki otot dasar panggul yang kuat juga akan mengurangi risiko terjadinya suatu kondisi yang disebut sebagai Pelvic Organ Prolapse atau POP.

Banyak orang tidak begitu mengerti apa yang terjadi selama POP. Akibatnya, beberapa mitos telah berkembang selama bertahun-tahun. Tapi, kalau kita memiliki pemahaman yang tepat tentang kondisi tersebut dan mengungkap ketidakbenarannya, kebanyakan orang akan dapat mengenali mitos POP ketika mereka mengalaminya di masa depan. Berikut pembahasan tentang POP yang kami rangkum dari berbagai sumber.

Table of Contents
  • Apa itu Pelvic Organ Prolapse?
  • Menghilangkan 6 Mitos Umum Tentang Pelvic Organ Prolapse
    • Mitos Pertama: POP hanya melibatkan rahim
    • Mitos Kedua: Dikatakan terjadi POP hanya jika terdapat tonjolan dan terlihat
    • Mitos Ketiga: POP hanya boleh diobati ketika seseorang mencapai usia tertentu
    • Mitos Keempat: Kesehatan usus tidak berperan dalam perkembangan Pelvic Organ Prolapse
    • Mitos Kelima: POP tidak terjadi pada orang yang sehat secara fisik
    • Mitos Keenam: POP hanya berisiko bagi wanita yang melahirkan secara normal

Apa itu Pelvic Organ Prolapse?

Sedikit pelajaran anatomi diperlukan untuk memahami dengan baik apa yang terjadi selama Pelvic Organ Prolapse. Dalam panggul yang berfungsi dengan sehat, organ panggul diamankan di tempat yang semestinya di dalam tubuh oleh ligamen pendukung dan otot yang kuat. Secara bersamaan, otot dan ligamen itu membentuk dasar panggul.

Ketika otot dan ligamen dasar panggul melemah atau meregang, POP dapat terjadi. Bergantung pada jenis prolaps yang terlibat, hasilnya bisa berupa “jatuhnya” organ panggul, seperti kandung kemih, rektum, rahim atau usus kecil keluar dari tempat seharusnya organ tersebut berada di dalam tubuh.

Related Article  Exploring the Roots of Hyperindependence: Early Experiences and Attachment

Diperkirakan sebanyak 1 dari 4 wanita terkena gangguan dasar panggul, termasuk Pelvic Organ Prolapse. Dan karena POP dapat mengakibatkan beberapa gejala yang mungkin memalukan atau sulit untuk didiskusikan, terlalu banyak orang yang menderita kondisi ini memilih diam – yang membantu menyebarkan mitos tentangnya. Sudah waktunya untuk menjelaskan mitos-mitos tersebut sehingga wanita bisa mendapatkan bantuan medis yang tepat sesuai dengan yang mereka butuhkan.

Menghilangkan 6 Mitos Umum Tentang Pelvic Organ Prolapse

Berikut adalah enam mitos umum tentang Pelvic Organ Prolapse:

Mitos Pertama: POP hanya melibatkan rahim

Fakta: Ada empat jenis utama Pelvic Organ Prolapse, termasuk:

  1. Sistokel: melibatkan prolaps kandung kemih dan merupakan jenis POP yang paling umum.
  2. Rektokel: melibatkan prolaps rektum.
  3. Enterocele: melibatkan prolaps usus kecil.
  4. Rahim: melibatkan prolaps rahim.

Mitos Kedua: Dikatakan terjadi POP hanya jika terdapat tonjolan dan terlihat

Fakta: Ada berbagai macam gejala, terutama tergantung pada jenis prolaps yang terlibat, yang dapat mengindikasikan seseorang mengalami POP – bahkan jika mereka tidak dapat melihat atau merasakan “tonjolan” keluar melalui lubang vagina.

Gejala-gejala ini dapat termasuk tetapi tidak terbatas pada:

  1. Nyeri, ketidaknyamanan atau perasaan “berat” di vagina, perut bagian bawah, daerah selangkangan atau punggung bagian bawah.
  2. Masalah kemih termasuk kebocoran atau ketidakmampuan untuk mengontrol aliran urin.
  3. Kesulitan buang air besar; merasa bahwa usus belum sepenuhnya kosong setelah pergi ke kamar mandi.
  4. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dengan hubungan seksual, merasa ada sesuatu yang “menghalangi” saat berhubungan seks.

Mitos Ketiga: POP hanya boleh diobati ketika seseorang mencapai usia tertentu

Fakta: Ini adalah mitos yang sering didengar oleh penyedia layanan kesehatan atau tenaga medis. Entah bagaimana orang bisa percaya pada mitos ini. Banyak yang beranggapan bahwa POP itu merupakan suatu hal yang pasti dialami dan kita harus menerimanya. Pada wanita usia muda misalnya, ketika terjadi Pelvic Organ Prolapse, banyak yang mengatakan bahwa Wanita tersebut masih terlalu muda sehingga tidak perlu untuk melakukan pengobatan terhadap POP.

Related Article  Children's Mental Health: The Role of Schools in Supporting

Padahal, setiap wanita yang mengalami gejala POP berhak untuk hidup bebas dari gejala tersebut tanpa memandang usia.

Mitos Keempat: Kesehatan usus tidak berperan dalam perkembangan Pelvic Organ Prolapse

Fakta: Sembelit kronis merupakan faktor risiko yang signifikan dalam perkembangan POP dan berpotensi memperburuk gejala yang ditimbulkannya.

Mitos Kelima: POP tidak terjadi pada orang yang sehat secara fisik

Fakta: Karena kemunculan POP melibatkan otot yang melemah, bukan berarti tidak bisa terjadi pada orang yang sehat dan atletis. Siapa pun dapat mengalami kondisi tersebut. Orang-orang yang sudah lama menjadi pelari maraton atau terlibat dalam angkat berat memiliki risiko lebih besar untuk mengalami POP.

Mitos Keenam: POP hanya berisiko bagi wanita yang melahirkan secara normal

Fakta: Seperti yang disebutkan, Pelvic Organ Prolapse bisa terjadi pada siapa saja. Sementara melahirkan memang meningkatkan risiko terjadinya POP, ada faktor risiko tambahan lain yang perlu dipertimbangkan, termasuk:

  1. Wanita yang pernah menjalani operasi Caesar.
  2. Sembelit kronis atau mengejan hebat saat buang air besar.
  3. Pekerjaan atau gaya hidup yang melibatkan pengangkatan benda-benda berat,
  4. Hipermobilitas, atau gangguan kronis yang mempengaruhi jaringan ikat tubuh.

Jika tidak diobati, Pelvic Organ Prolapse dapat memburuk dari waktu ke waktu dan dapat menyebabkan masalah dengan fungsi organ lain, termasuk ginjal. Jika Anda atau seseorang yang Anda kenal mengalami gejala POP atau masalah urologis, penting untuk mengunjungi ahli urologi yang berpengalaman dan berpengetahuan sesegera mungkin.

Memahami apa yang terjadi dapat membantu banyak wanita memilih opsi perawatan klinis yang terbukti dapat meredakan gejala dan memungkinkan mereka menjalani kehidupan sehat yang mereka inginkan.

Share this post:
Bayu Herkuncahyo
Bayu Herkuncahyo

Related posts

The Power of Vulnerability
September 11, 2023

The Power of Vulnerability: Embracing the Strength in Accepting Vulnerability


Read more - The Power of Vulnerability: Embracing the Strength in Accepting Vulnerability
Calm Your Heart Rate
September 10, 2023

Calm Your Heart Rate: Effective Relaxation Techniques


Read more - Calm Your Heart Rate: Effective Relaxation Techniques
Mental and Physical Health
September 9, 2023

Breaking the Chains: Mental and Physical Health


Read more - Breaking the Chains: Mental and Physical Health

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *


bayu herkuncahyo
Keluhan Pekerja Youtube Channel

KeluhanPekerja is our Yotube Channel. Please check and if you find it interesting, you can subscribe our channel.


Freepik

Most of the images used on our article are downloaded from Freepik. You can go there and subscribe a premium subscription for a lot of great arts.

LATEST POSTS

  • The Power of Vulnerability0
    The Power of Vulnerability: Embracing the Strength in Accepting Vulnerability
    September 11, 2023
  • ESG and CSR0
    Leveraging ESG and CSR: Advantages and Benefits
    September 10, 2023
  • Calm Your Heart Rate0
    Calm Your Heart Rate: Effective Relaxation Techniques
    September 10, 2023
  • Mental and Physical Health0
    Breaking the Chains: Mental and Physical Health
    September 9, 2023
  • Overcoming Fear of Failure0
    Overcoming Fear of Failure: A Guide
    September 9, 2023

OUR PICKUP FOR YOU

BREVA Indonesia

RECENT COMMENTS

  • September 9, 2023

    Overcoming Fear of Failure: A Guide commented on Building Resilience: Coping with Unipolar Depression

  • September 9, 2023

    Overcoming Fear of Failure: A Guide commented on How to Deal with Anxiety: 10 Effective Tips

TAGS

AI Anxiety artificial intelligence bussiness clean air climate change cognitive-behavioral therapy community engagement Disruptive Efficiency energy environmental impact ESG ESG Investing Fear of Being Forgotten financial performance GCG governance Happiness Hydropower hyperindepedence hyperindependence insomnia investing Mental Health mental health treatment mental illness Obsessive-Compulsive Disorder OCD perjanjian perusahaan profit PTSD Renewable Energy Revolution Self-Esteem self-reflection social media Social responsibility sustainability sustainable development sustainable practices trauma Treatment well-being
  • Marketplace
  • About
  • DMCA policy
  • Privacy Policy

Recent posts

  • The Power of Vulnerability0
    The Power of Vulnerability: Embracing the Strength in Accepting Vulnerability
    September 11, 2023
  • ESG and CSR0
    Leveraging ESG and CSR: Advantages and Benefits
    September 10, 2023
  • Economy & Energy
  • Technology & AI
  • ESG
  • Entertainment
  • Healthy Life